Petugas keamanan Rusia di Saint Petersburg terpaksa menyelidiki puluhan ancaman bom yang mengincar konvoi mobil Presiden Vladimir Putin.
Menurut Kremlin, ancaman pada hari Jumat itu muncul dari teroris yang menelepon sekitar 60 kali.
Teroris yang diduga berasal dari luar negeri mengklaim bahwa puluhan bom telah ditanam di sepanjang jalur iring-iriangan mobil Putin dan fasilitas lain.
”Telepon teroris membuat panggilan prank (lelucon) sepanjang hari,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Dia mencatat, setidaknya 60 panggilan telepon diterima pada hari Jumat pagi.
”Panggilan tersebut menyatakan bahwa ada sekitar 50 bom yang ditanam di berbagai tempat, termasuk yang terletak di sepanjang rute iring-iringan kendaraan Putin atau di fasilitas di sekitar tempat yang diharapkan untuk dikunjungi (Putin),” lanjut Peskov.
Putin telah diberitahu tentang panggilan telepon tersebut dan petugas keamanan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan lingkungan kerja aman bagi presiden.
”Cukup alami, presiden diberi tahu,” ucap Peskov, yang menambahkan bahwa tidak ada instruksi tambahan dari Putin.
”Petugas keamanan hanya melakukan apa yang harus dilakukan,” imbuh Peskov. Menurutnya, semua ancaman bom terbukti palsu.
“Perhatian khusus diberikan untuk memastikan bahwa pekerjaan dinas keamanan tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga negara,” papar Peskov.
“Ancaman bom sama sekali tidak mempengaruhi kegiatan yang direncanakan presiden,” kata juru bicara Presiden Putin tersebut. Identitas teroris yang menelepon puluhan kali itu belum diketahui, namun diduga berbasis di luar negeri.
”Saya tidak memiliki keraguan bahwa cepat atau lambat akan diketahui (siapa yang membuat ancaman bom),” kata Peskov, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (18/11/2017) malam. ”Ini adalah hooligan telepon atau teroris telepon atau apapun yang Anda sebut untuk mereka. Ini adalah kegiatan kriminal, dan mereka akan ditemukan cepat atau lambat, tentu saja.”
Gelombang panggilan telepon anonim telah memicu evakuasi besar-besaran di seluruh Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Oleg Baranov, Kepala Kantor Kementerian Dalam Negeri Moskow, mengatakan pada awal pekan ini bahwa sebagian besar ancaman tersebut berasal dari penelepon yang berbasis di Turki, Jepang, Ukraina dan AS.
No comments:
Post a Comment