Bus tanpa sopir ditujukan untuk mengangkut penduduk ke sejumlah lokasi di sekitar pemukiman serta stasiun bus dan kereta terdekat.
Singapura yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi berharap teknologi bus tanpa sopir dapat menjadi jawaban atas pengelolaan lahan dan minimnya sumber daya manusia.
"Kendaraan otomatis meningkatkan akses dan koneksi terhadap sistem transportasi publik kami, terutama bagi para lansia, keluarga yang memiliki anak kecil, dan mereka yang tidak cukup aktif berpergian," kata Menteri Transportasi Singapura, Khaw Boon Wan.
Bus-bus tanpa sopir ditargetkan melengkapi layanan bus konvensional, namun tidak akan dioperasikan dalam jam sibuk.
Pemerintah Singapura juga akan mempersilakan para komuter membeli tiket transportasi melalui ponsel.
Singapura memiliki tingkat kemacetan yang lebih rendah dibandingkan kota-kota lain di Asia Tenggara karena memberlakukan jalan berbayar dan menerapkan kebijakan yang memihak transportasi publik.
Singapura kini berharap dapat menjadi negara terdepan yang menerapkan teknologi kendaraan tanpa sopir.
"Aturan ketat soal transpor darat semoga bisa mendorong kami menjadi pemain global dalam solusi transportasi urban," ujar Khaw.
"Apa yang bisa diterapkan di Singapura sepertinya juga bisa berlaku untuk kota-kota di negara lain," kata Khaw menambahkan, ketika berpidato dalam peluncuran pusat uji kendaraan tanpa sopir, Rabu (22/11).
Pusat uji kendaraan itu dapat digunakan para pengembang untuk mengetes agaimana mobil dan bus tak bersopir berurusan dengan para pejalan kaki, termasuk saat menghadapi hujan deras, pengemudi ugal-ugalan, pengguna sepeda dan motor, dan berbagai skenario lalu lintas lainnya.
Hingga saat ini, kata Khaw, seidaknya sepuluh perusahaan sedang menguji teknologi kendaraan tanpa pengemudi tersebut.
No comments:
Post a Comment